YENI GALUH NURPRATIWI -= Eyang Putri =-
Jumlah posting : 2770 Location : KAHYANGAN Job/hobbies : Beauty is my Life Registration date : 05.10.07
| Subyek: Hak yang tua atau yang muda..?? Sun Aug 03, 2008 4:51 pm | |
| Tua atau muda semua punya hak jadi presiden. Tapi kalau urusan janda, yang tua dan sudah berkeluarga masih juga ikut berebut, itu mah kelewatan! Karena itulah Sujandi, 40, lelaki dari Blitar (Jatim) ini rame-rame digebuki sejumlah pemuda penaksir Peni, 25. “Tuwa-tuwa gak ngoman-omani,” protes anak-anak muda.
Euporia demokrasi, menyebabkan orang-orang jadi pemberani. Kini berlomba pengin jadi presiden. Padahal jaman Orde Baru dulu, ada yang berani bercita-cita jadi presiden, langsung digencet, dijegal kariernya. Kini, begitu bebasnya orang bercita-cita jadi orang nomer satu di republik, saling kecam menjadi hal lumrah. Tifatul Sembiring (Presiden PKS) minta jago-jago tua minggir, berikan kesempatan pada yang muda. Sebaliknya Megawati (Ketum PDI-P) mencak-mencak, yang muda jangan hanya ngomong, maju dong kalau berani!
Lalu kalau lelaki model Jandi termasuk pemberani atau tak tahu diri? Soalnya, belakangan ini dia juga banyak dikecam para anak muda, di Desa Jiwut Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Bukan soal peluang jadi pimpinan nasional, tapi soal janda muda. Mereka mempertanyakan, orang setua dia, kok masih nekad mau bersaing memperebutkan janda Peni. “Mbok ingat anak istri. Itu namanya kan gak ngoman-omani sing nom (tak memberi kesempatan yang muda),” kata pemuda setempat.
Agaknya kecaman para kawula muda itu memang benar. Meskipun dia ganteng dan berduit, di desanya Jandi sudah mati kartu. Maksudnya, dia telah punya anak istri. Jadi kalau calon mertua yang benar, tentulah tak mau mengambil calon menantu yang sudah punya keluarga. Kecuali mereka ini merelakan putrinya dimadu atau pemahaman agamanya yang sangat kuat, sehingga poligami baginya bukan masyallah. Setidaknya, menurut kata Puspo Wardoyo juragan RM Wong Solo: banyak istri banyak rejeki!
Tokoh “gaek” dari Desa Nglegok ini memang sedang kasmaran berat pada Peni, janda kembang dari Desa Jiwut. Tak peduli bahwa dia sudah berkeluarga, masih juga ikut jadi kontestan. Banyak sudah anak muda tetangga kanan kiri si janda mengecam dan menyindir langkah politik Jandi ini. Kata mereka, sebaiknya Jandi menyadari bahwa dirinya generasi masa lalu. Berikan kesempatan pada yang muda. “Mas Jandi mestinya cukup memberi dorongan pada yang muda-muda, jadi bapak bangsa” sindir kawula muda.
Bukan Jandi namanya jika tidak ngeyel. Katanya, mencitai janda itu menjadi hak semua anak bangsa, dan dijamin undang-undang. Yang muda, yang tua, semua punya peluang sama. Tidak fair namanya, jika karena takut bersaing, yang muda lalu mendiskreditkan yang tua. Biar tua, kalau ternyata bisa membahagiakan si janda, itu berkah namanya. Tapi sebaliknya, biar muda tapi malah kemudian menyengsarakan si janda, itu terkutuk namanya. Semuanya terpulang pada Peni itu sendiri, memilih yang tua tapi perkasa, atau yang muda tapi loyo?
Umpatan dan maki-maki para pemuda tentu saja makin membahana. Dasar Jandi, ngomongnya ada saja macam pengacara. Tapi bagaimana pun juga mereka tak rela hampir tiap malam janda Peni ditongkrongi Jandi. Mereka khawatir, lelaki celamitan itu bukan saja mengajak ngobrol si janda di ruang tamu, tapi juga sudah berani berbuat lebih jauh dari itu. “Jangan-jangan, Pemilunya baru 9 April 2009, Jandi sudah nyoblos duluan”, ledek pemuda bernama Kasman, 27.
Kasman memang termasuk penaksir berat janda Peni, tapi sayang sebagai calon independen cintanya tak pernah lolos verifikasi. Ditolak melulu. Sedangkan Jandi yang pria bermasalah, malah diberi peluang berhiha hihi hampir setiap malam. Dia pun heran, apa sebetulnya yang diinginkan Peni? Kenapa Jandi bisa diterima dengan hangat setiap berkunjung? Sedangkan dirinya yang bersih, tidak ternoda oleh aliran dana BI, malah dikesampingkan dan dipinggirkan.
Akhirnya, rasa dendam Kasman mencapai titik kulminasi. Melihat Sabtu (2/ malam Janda apel di rumah Peni, dia segera mengerahkan sejumlah temannya. Begitu Jandi pulang segera dicegat dan kemudian digebuki rame-rame. Lelaki celamitan itu masuk rumahsakit, Kasman dan rekan-rekannya digelandang ke Polsek Nglegok. “Kami gemas, Pak. Sudah tua masih juga ngotot maju terus….,” kata Kasman di depan polisi. | |
|