'Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan merugilah orang yang mengotorinya (QS. 91 : 9-10)
Di sebuah kota ada seorang pria yang menanam pohon berduri ditengah jalan. Walikota sudah berulang-ulang memperingatkannya agar memotong pohon berduri itu. Setiap kali diingatkan, orang itu selalu mengatakan dipotong besok hari. Namun orang itu tidak memenuhi janjinya.
Setelah beberapa tahun orang itu bertambah tua tetapi pohon itu belum juga dipotong juga. Pohon itu bahkan bertambah besar, tumbuh seiring waktu. Cabang-cabangnya bertambah tajam dan bertambah besar dan hampir menutupi jalan. Duri itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan tetapi juga melukai pemiliknya. Sang Pemiliknya kini sangat ingin memotong pohon itu. Tetapi apadaya usianya sudah sangat tua. Ia menjadi lemah sehingga tidak mampu lagi untuk memotong pohon yang ditanamnya sendiri.
Kisah itu Jalaludin Rumi mengingatkan kepada kita, 'Dalam hidup ini, kita sudah banyak sekali menanam pohon berduri di dalam hati kita, duri-duri itu tidak saja menusuk orang lain tetapi juga menusuk diri kita sendiri. Ambillah kapak, potonglah seluruh duri itu sekarang juga, sebelum kita kehilangan tenaga sama sekali.'
Yang dimaksud oleh Rumi dengan pohon berduri dalam hati adalah penyakit-penyakit hati seperti kebencian, marah, dengki, hasad di dalam diri kita. Bersamaan bertambahnya umur meningkat pula kekuatannya. Tak ada lagi waktu yang lebih tepat untuk menebang pohon berduri dihati kita selain saat ini. Esok hari, penyakit hati itu akan semakin kuat sementara tenaga kita bertambah lemah. Tak ada lagi daya kita untuk menghancurkannya.
Wassalam,
agussyafii