Yeni Galuh Forum
Hallo...!
Yeni Galuh Forum
Hallo...!
Yeni Galuh Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.



 
IndeksLatest imagesPendaftaranLogin

 

 Segenggam Asa Si Anak Jalanan..

Go down 
2 posters
PengirimMessage
YENI GALUH NURPRATIWI
-= Eyang Putri =-
-= Eyang Putri =-
YENI GALUH NURPRATIWI


Female
Jumlah posting : 2770
Location : KAHYANGAN
Job/hobbies : Beauty is my Life
Registration date : 05.10.07

Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Empty
PostSubyek: Segenggam Asa Si Anak Jalanan..   Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Icon_minitimeSun Jan 27, 2008 6:48 pm

Ciayo Cuaca siang ini rasanya lebih panas dari biasanya. Tapi, sebagai anak jalanan yang kerjanya memang berlalu-lalang di bawah traffic light sambil menyanyikan lagu demi mengais uang receh, aku harus berani mengambil risiko ini. Bertahan di atas lantai aspal panas dengan terik matahari sebagai atap. Bersahabat dengan polusi udara.

Profesiku sebagai pengamen jalanan sudah berjalan kurang lebih lima tahun. Untuk ukuran karir musisi jalanan, aku mungkin sudah bisa dianggap profesional. Tapi, apalah artinya duniaku bila dibandingkan dengan dunia musik yang sesungguhnya. Tentu, aku hanya seekor kutu kupret yang tidak bisa apa-apa. Lha wong penyanyi dan band yang sudah sangat beken di Indonesia saja tidak laku kalau dibawa ke luar negeri, apalagi aku.

Tapi, aku merasa profesiku sebagai pengamen jalanan ini tidak jauh berbeda dengan band-band yang biasa nongol di TV. Toh, pada dasarnya mereka juga sama-sama cari uang. Selebihnya, popularitas. Cuma bedanya, aku tidak punya modal, cara, dan gaya seperti mereka.

Mereka bermain dengan alat musik yang berkualitas, dipromosikan melalui manajemen yang berpengalaman, dan tampil dengan gaya dan busana yang elegan. Suatu hal itu tidak terjadi pada diriku. Intinya, jika dibandingkan dengan mereka, aku ini cuma penyanyi kelas amatir.

Meski begitu, aku tidak malu dengan profesi ini. Toh, rezeki yang kudapat kucari dengan cara yang halal. Aku bahkan merasa lebih mulia daripada pejabat berdasi yang duduk manis dalam gedung ber-AC itu. Mengaku sebagai wakil rakyat, tapi kegiatannya sebatas menikmati uang rakyat saja.

Parahnya, mereka seperti tidak pernah punya rasa malu terhadap publik. Sudah dipenjara, tapi masih bisa tertawa-tawa seakan tak berdosa. Huh, sungguh manusia tak bermoral!

Aku banyak tahu begini karena niat membaca. Ya. Berita di koran harian yang biasa terpasang di sudut taman kota itu tak pernah luput kubaca. Maka, tak heran kalau aku bisa mengikuti perkembangan dunia. Jadi, jangan salah sangka. Meski gembel begini, aku tetap memiliki naluri membaca yang tinggi. Mungkin dalam jajaran anak jalanan di kota, bahkan di negeri ini, hanya aku yang peduli dengan aktivitas membaca. Apalagi, mengamati dilema politik negeri.

Kalau ditanya tentang dalang di balik semua sikapku itu, bundalah jawabannya. Beliau menanamkan budaya gemar membaca padaku sejak kecil. Dari dulu, aku memang hobi membaca. Buku-buku di rumah juga cukup banyak. Tapi, tentu tak sebanyak anak-anak sekolah pada umumnya. Aku hanya punya 12 buku. Ada dongeng Si Kancil, kisah para nabi, buku trik-trik sulap sederhana, trik bermain gitar, dan beberapa lainnya.

Dari sekian buku itu, hanya dua yang tersisa. Buku tentang trik memainkan gitar dan buku tentang cara membaca dan menulis fiksi yang baik. Yang lainnya, terpaksa harus dijual bersama kardus-kardus bekas untuk membeli beras.

Jika mengingat itu semua, rasanya seperti kembali ke kehidupanku yang dulu. Kehidupan sekolah saat aku bisa menikmati indahnya belajar dan bermain bersama. Meski hanya sampai kelas dua SMP, aku benar-benar menikmati masa itu. Apalagi, dulu aku termasuk salah satu siswa yang cukup berprestasi. Aku selalu masuk jajaran sepuluh besar terbaik.

Aku juga sering memenangi lomba-lomba, baik di dalam maupun luar sekolah. Sungguh bahagia hatiku kala aku berhasil meraih juara dan mengharumkan nama sekolah. Apalagi, bisa mempersembahkan berbagai piala yang kuperoleh. Sayang, kebahagiaan itu meleleh setelah aku di-drop out karena tak sanggup membayar tunggakan SPP.

Sialnya, prestasi yang kuperoleh tak membuat pihak sekolah membantu. Yang lebih menyedihkan, aku tak diberi kesempatan untuk mengajukan beasiswa. Sejak itulah, aku tak percaya lagi pada prestasi. Bagiku, prestasi hanyalah kebahagiaan semu karena nggak bisa menjamin kesuksesan seseorang. Aku kecewa dan putus asa.

Sepotong ungkapan maaf yang bunda bisikkan di telingaku pun masih terekam jelas olehku. "Maafkan ibu, Nak. Ibu tidak sanggup membiayai sekolahmu," ujar beliau. Aku yakin, kala itu bunda juga sangat sedih. Orang tua mana yang tak ingin anaknya memperoleh pendidikan layak?

Tapi, faktor ekonomilah yang memaksaku harus berhenti memakai seragam sekolah. Sejak bunda diberhentikan dari pekerjaannya sebagai buruh pabrik rokok, beliau mencurahkan tenaga menjadi tukang cuci baju tetangga. Namun, hasil mencuci itu tidak mampu menutup biaya sehari-hari. Apalagi, membayar SPP. Buat kami, bisa makan dua kali sehari saja rasanya sudah sangat bersyukur.

Tapi, bunda selalu meneguhkan asaku. Dengan penuh sayang, beliau mengusap air mataku. Dengan penuh kesabaran, beliau menata kembali serpihan asaku. Bunda membangun sisa-sisa harapan dengan mencium keningku. Juga, membisikkan kata-kata penyemangat di telingaku. "Jangan putus asa. Ayahmu di surga akan sedih jika tahu anak kesayangannya putus asa. Bangkitlah, Nak. Carilah kesempatan untuk meraih kesuksesan," kata ibu saat itu.

Sejak saat itu, aku mulai membantu ibu mengais rezeki. Aku menekuni dunia tarik suara versi jalanan agar asap di dapur tetap mengepul. Dengan modal sebuah gitar kusam, aku bernyanyi di bawah traffic light. Dari pekerjaanku ini, aku bisa mendapat dua puluh sampai tiga puluh ribu rupiah dalam sehari.

Sayang, kini aku tak bisa lagi menikmati sejuk di wajah bunda. Aku tak bisa lagi mendapat teduh ketika mendengar nasihatnya. Tak bisa lagi merasakan lembut kasih sayangnya. Dua bulan lalu, bundaku menutup usia. Faktor kemiskinan jugalah yang membuatku tak sanggup membiayai pengobatan bunda. Hingga akhirnya, sakit liver yang diderita bunda membawa beliau ke peraduan di sisi-Nya.

Kini, aku hidup sebatang kara. Tinggal sendiri di gubuk di bawah kolong jembatan. Meskipun miskin, aku tidak boleh kehilangan semangat untuk terus berusaha. Aku harus bisa meraih sukses dan memperbaiki nasib. Setidaknya, memperbaiki rezekiku.

Tapi, apa aku bisa? bisik setengah hatiku, pesimistis. Sejenak kemudian, sikap itu langsung kubuang jauh-jauh. Selama nyawa masih ada, otak masih bisa bekerja, tenaga masih berguna, tentu kita wajib berusaha. Aku yakin, Tuhan akan memberi perubahan atas segala usaha seseorang. Hatiku mantap penuh semangat melawan rasa pesimistis di benakku.

Kulihat jam besar di tugu yang terletak di taman kota itu. Jarumnya menunjukkan pukul setengah tiga. Entah kenapa, tiba-tiba aku ingin membaca koran hari ini. Jadi, segera saja kulangkahkan kaki menuju sudut taman kota. Di sana, koran umum biasa dipasang. Berdiri dan ditata rapi dalam bingkai besi berlapis kaca persegi. Kubaca sebuah cerita pendek yang terdapat di bagian kolom remaja.

Di sampingnya, ada tata cara pengiriman cerpen ke redaksi. Di bagian paling bawah, tertulis dengan jelas, "Setiap cerpen yang dimuat berhak atas imbalan sebesar dua ratus ribu."

Tanpa pikir panjang, aku langsung melangkah menuju gubukku. Membangun ide, menyusun kata, kalimat, dan paragraf. Lalu, menuangkannya dalam lembaran kertas putih dengan pena hitam yang tintanya sudah tak lagi terisi penuh. Hatiku mantap, menulis sebuah cerita tentang semangat anak miskin yang ingin memperbaiki hidupnya. "Semoga dimuat," batinku.

ciluk ba ke koq!!! Ciayo Intip dulu ya..
Kembali Ke Atas Go down
https://yenigaluh.indonesianforum.net
adhenezta
[YG]-=Silver=-
[YG]-=Silver=-
adhenezta


Male
Jumlah posting : 260
Age : 41
Location : di boemi tempat ku tinggal
Job/hobbies : bengoeng.ngel4mun..main music c05 m43n b0l4
Registration date : 03.12.07

Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Empty
PostSubyek: Re: Segenggam Asa Si Anak Jalanan..   Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Icon_minitimeSun Feb 10, 2008 11:51 pm

kanjeng ratu,,,,mmm ko sama sih kisah ini ama perjalanan hidup adhe,,,jng2 dea pernah liat adhe .... ngumpet
Kembali Ke Atas Go down
YENI GALUH NURPRATIWI
-= Eyang Putri =-
-= Eyang Putri =-
YENI GALUH NURPRATIWI


Female
Jumlah posting : 2770
Location : KAHYANGAN
Job/hobbies : Beauty is my Life
Registration date : 05.10.07

Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Empty
PostSubyek: Re: Segenggam Asa Si Anak Jalanan..   Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Icon_minitimeTue Feb 12, 2008 3:58 pm

haa..? masa siy.. Kali aja Dea paranormal ya Dhe..?? what's  up cepetan dunz!!! wkwkkwkwkwk sehingga tau..hehehe.. kisah seorang pengamen jalanan.. Ye...Yes...!!!
Kembali Ke Atas Go down
https://yenigaluh.indonesianforum.net
adhenezta
[YG]-=Silver=-
[YG]-=Silver=-
adhenezta


Male
Jumlah posting : 260
Age : 41
Location : di boemi tempat ku tinggal
Job/hobbies : bengoeng.ngel4mun..main music c05 m43n b0l4
Registration date : 03.12.07

Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Empty
PostSubyek: Re: Segenggam Asa Si Anak Jalanan..   Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Icon_minitimeThu Feb 14, 2008 2:48 pm

waaahh bener2 nih dea,paranormal,,ko nih kisahna,,,bener2 ky adhe dlu,,waktu pas nekat dtng k jakrta.....:(
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Empty
PostSubyek: Re: Segenggam Asa Si Anak Jalanan..   Segenggam Asa Si Anak Jalanan.. Icon_minitime

Kembali Ke Atas Go down
 
Segenggam Asa Si Anak Jalanan..
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» :: Doa Anak ::
» [ASK]pet wat anak kos??
» Pornografi anak Bsnyak didapati di Paedofilia
» :: IKLAN MENDORONG ANAK UNTUK MEROKOK ::
» Seandainya istri lu ga bisa punya anak??

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Yeni Galuh Forum :: *** TAMAN SARI *** :: -= Sasana Pujangga =--
Navigasi: